Makalah Pariwisata di Kota Blitar
Pendidikan Wisata
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Wilayah Kota Blitar merupakan wilayah terkecil kedua di propinsi Jawa Timur setelah Kota Mojokerto. Tetapi dilihat dari konstelasi regional Blitar mempunyai beberapa keuntungan strategis karena berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Blitar yang mempunyai konstribusi dan pergerakan yang tinggi dan juga sebagai salah satu pintu gerbang menuju wilayah tersebut. Hal ini membawa konsekuensi pada pola transportasi dan penyediaan sarana transportasi dari dan kearah Kota Blitar. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung juga dhmaksudkan agar semakin meningkatnya tingkat pelayanan terhadap pergerakan barang dan jasa serta perekonomian yang sejalan, maka semakin baik pula tingkat pelayanan kegiatan di seluruh wilayah Kota Blitar.
Kota Blitar terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sananwetan, Kepanjen Kidul, dan Sukorejo seluas 32,57 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 123.787 jiwa. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Sananwetan (12,15 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Sukorejo (9,92 km2).
Mengacu pada UU no. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dimana penataan ruang kawasan perkotaan harus mencantumkan Tujuan, Kebijakan dan Strategi penataan ruang wilayah Kota Blitar. Tujuan penataan ruang diuraikan secara umum dengan memperhatikan karakteristik wilayah Kota Blitar dan kecenderungan perkembangannya. Kebijakan dan strategi yang dijabarkan meliputi kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah yang terdiri atas sistem perkotaan dan sistem pengembangan prasarana wilayah. Selain itu, diuraikan pula kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya serta kebijakan dan strategi pemantapan kawasan strategis.
Kota Blitar yang menjadi ibu kota Blitar sejak dahulu sering dikaitkan dengan nama besar Bung Karno. Karena disinilah Bung Karno dimakamkan dan pernah pula tinggal di sebuah rumah yang sekarang dinamakan Istana Gebang. Bisa dikatakan Kota Blitar besar dan terkenal karena nilai dan historisnya.
Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah menjadi salah satu tempat berkecamukmya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama besar seperti Adipati Aryo Blitar, Sang Proklamator Bung Karno, Sodancho Supriyadi, dan lain sebagainya, merupakan inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang sedang tumbuh ini.
Dalam upaya membangun iklim yang kondusif sebagai kota Patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Kota Blitar memilih sektor pariwisata sebagai primadona untuk mengembangkan ekonomi daerah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja potensi wisata yang ada di Kota Blitar?
2. Permasalahan apa yang terjadi mengenai wisata yang ada di Kota Blitar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Masalah Pariwisata Di Kota Blitar.
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komperhensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya (Misra R.P, ”Regional Development”,1982). Pada dasarnya pendekatan pengembangan wilayah ini digunakan untuk lebih mengefisiensikan pembangunan dan konsepsi ini tersus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan kondisi wilayahnya.
Banyak cara untuk mengembangkan wilayah mulai dari penggunaan konsep (alat) pembangunan sektoral, ”bassic need approach”, ”development poles” (poles de croissance) yang digagas oleh F. Perroux (1955), ”growth center” yang digagas oleh Friedman (1969) sampai kepada pengaturan ruang secara terpadu melalui proses pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) secara sinergi dengan pengembangan sumberdaya manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Yang terkahir inilah yang disebut dengan penataan ruang dan sesuai Undang Undang (UU) No.24/1992 tentang penataan ruang.
Di Indonesia, dengan keluarnya undang undang ini maka pengembangan wilayah dilaksanakan melalui alat penataan ruang. Ruang adalah wadah berbagai kegiatan sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan, dan mencakup ruang daratan, lautan, dan udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Sedangkan Penataan Ruang (UU No. 24/92, pasal 1) mencakup proses:
1. Penyusunan rencana tata ruang,
2. pemanfaatan ruang yaitu kegiatan pelaksanaan pembangunan melalui serangkaian penyusunan program pembangunan, dan
3. pengendalian pemanfaatan ruang yaitu kegiatan pengawasan dan penertiban pelaksanaan pembangunan (termasuk didalamnya pemberian ijin lokasi dan investasi) agar sesuai dengan rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang sendiri adalah produk pengaturan Struktur dan Pola pemanfatan ruang. Struktur mengatur sistem pusat-pusat kegiatan beserta jaringan prasarana secara hirarkhis, dan pola pemanfaatan ruang adalah mengatur wilayah dengan satuan-satuan (deliniasi ruang) yang fungsional sesuai dengan tujuan rencana dan sesuai dengan kondisi daya dukung dan daya tampung sumber dayanya.
Kota Blitar sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Timur, berdasarkan arahan RTRW Propinsi Jawa Timur salah satu kota yang diprediksikan memiliki perkembangan yang signifikan. Prediksi ini didasarkan atas penetapan wilayah Kota Blitar sebagai pusat Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) tersendiri, dimana sebelumnya termasuk dalam SWP Kediri. Dengan demikian ada beberapa tugas penting yang diemban Kota Blitar sebagai Pusat SWP, antara lain sebagai wilayah yang mampu memfasilitasi hinterlandnya (Kabupaten Blitar) agar berkembang secara signifikan pula.
Kota Blitar memiliki Sesanti "KRIDDHO HANGUDI JAYA"
(Bekerja Keras Untuk mencapai kejayaan) dengan Motto "BLITAR KOTA PATRIA" (Blitar Pembela Tanah Air yang tertip Rapi, Indah dan Aman), juga dikenal pula sebagai Kota Pahlawan, Kota Pelajar, dan Kota yang Aman Damai. Dalam Upaya membangun iklim yang kondusif sebagai Kota Patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, Pemerintah Kota Blitar memiliki sektor pariwisata sebagai primadona untuk mengembangkan ekonomi daerah.
Potensi dasar pariwisata Kota Blitar adalah banyaknya peninggalan sejarah yang berhubungan dengan Bung Karno dan perjuangan tentara PETA. Terdapat juga berbagai agenda budaya seperi grebeg pancasila. Kawasan wisata makam Bung Karno yang didukung dengan Perpustakaan Bung Karno, Penataan Kios Souvenir, Pusat Informasi Pariwisata (PIP), Penyediaan Lokasi Parkir dan Pasar Cinderamata yang didukung obyek wisata lainnya seperti Dalem Gebang, Makam Aryo Blitar, Monumen PETA, Water Park Sumber Udel, Herlingga dan Kampung wisata menjadikan Kota Blitar semakin menarik untuk dikunjungi. Wisata tradisi dan kesenian Kota Blitar memberikan suatu atraksi budaya yang menarik, seperti tradisi grebeg Pancasila, Tari Trawesthi, haul B. karno dan drama kolosal seniman Blitar untuk memperingati PETA. Peluang pengembangan wisata kota yang diintegrasikan dengan potensi wisata ziarah berupa penambahan diorama yang menggambarkan kisah perjuangan Sukarno, Supriyadi dan Aryo Blitar. Pengembangan ini dapat diintegrasikan dengan gedung Perpustakaan Bung Karno yang telah ada.
Permasalahan yang terjadi pada sektor pariwisata di Kota Blitar yaitu:
- Penataan kawasan di sekitar obyek wisata unggulan masih belum optimal dari segi kerapian, dan kenyamanan wisatawan.
- Sektor lain adalah belum adanya transportasi yang memudahkan wisatawan mencapai obyek wisata sehingga tingkat kunjungan wisatawan belum optimal.
Maka untuk mengatasi permasalahan yang terjadi disektor pariwisata Kota Blitar perlu adanya dukungan dari pemerintah Kota Blitar serta peran masyarakat untuk menjadikan Kota Blitar sebagai kota pariwisata yaitu dengan menata kawasan di sekitar obyek wisata, menyediakan informasi dan sarana dan prasarana yang lengkap dan keramahan masyarakat Kota Blitar pada pengunjung (wisatawan).
B. Karakteristik Wilayah Kota Blitar
Kota Blitar merupakan ibu kota Blitar, Jawa Timur. Secara geografis wilayah Kota Blitar terletak 112°14' - 112°28' Bujur Timur dan 8°2' - 8°8' Lintang Selatan dengan luas wilayah 32,57 km² yang dibagi dalam tiga wilayah kecamatan (Sananwetan, Kepanjenkidul, dan Sukorejo) dengan jumlah penduduk 119.372 jiwa (Sensus Penduduk 2002). Adapun batas-batas wilayahnya dapat digambarkan sebagai berikut:
• Batas wilayah utara : Kecamatan Ngelegok, Kab. Blitar
• Batas wilayah selatan : Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Sanan Kulon, Kab. Blitar
• Batas wilayah Barat : Kecamatan Sanan Kulon, Kab. Blitar
• Batas wilayah Timur : Kecamatan Garum dan Kecamatan Kanigoro, Kab. Blitar
Kota Blitar terletak diantara 150 – 200 m diatas permukaan laut. Dilihat dari ketinggian tersebut Kota Blitar termasuk dalam kategori daerah datar. Sedangkan pembagian daerah ketinggian adalah sebagai berikut :
• Ketinggian 175 – 200 meter dpl, seluas 605.203 Ha (18.577 % dari luas wilayah)
• Ketinggian 150 – 175 meter dpl, seluas 1.055.200 Ha (32.359 % dari luas wilayah)
• Ketinggian 150 meter dpl luasnya sekitar 692.234 Ha (21.248 % dari luas wilayah)
Sedangkan kemiringan rata – rata Kota Blitar adalah antara 0 – 2 %, kecuali pada daerah utara kemiringan antara 2 – 15. Kedalaman tanah diwilayah ini bervariasi mulai dari 30 - 90 cm yang meliputi 71.5 % dari Iuas wilayah. Urutan selanjutnya dengan kedalaman 60 - 90 cm meliputi 15.5 % dan terkecil dengan kedalaman 30 - 60 cm meliputi areal 13%.
Tekstur tanah terbesar berupa tekstur halus ( 85.3 % ) yang berarti bahwa tanah yang ada di wilayah ini mempunyai kemampuan menahan atau mengikat air cukup besar. Sisanya adalah tekstur sedang yang meliputi 24.7% dari luas wilayah. Tekstur yang demikian kurang dapat menahan air, namun dilihat dari segi menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, relatif lebih baik daripada tanah yang bertekstur halus.
Kota Blitar mempunyai tipe iklim agak basah dengan suhu rata - rata 29°C dengan curah hujan rata-rata pertahun sekitar 102 hari dan besarnya curah hujan rata-rata sebesar 122.857 mm/tahun.
Sungai yang mengalir mengelilingi Kota Blitar membentuk pola aliran radial yaitu Sungai Lahar sepanjang 7,84 km menuju ke selatan menyatu dengan Sungai Brantas
Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah menjadi salah satu tempat berkecamuknya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama besar seperti Adipati Aryo Blitar, Sang Proklamator Bung Karno, Sodancho Supriyadi, dan lain sebagainya, merupakan inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang sedang tumbuh ini.
Dalam upaya membangun iklim yang kondusif sebagai kota Patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Kota Blitar memilih sektor pariwisata sebagai primadona untuk mengembangkan ekonomi daerah. Beberapa tempat tujuan wisata yang ada di Blitar, dari waktu ke waktu kian dibenahi dan diperkaya guna meningkatkan potensi wisata di Kota Blitar. Tempat tujuan wisata di Kota Blitar antara lain:
1. Makam Proklamator Indonesia
Makam Proklamator "Bung KARNO" merupakan makam seorang tokoh besar yaitu Presiden Pertama sekaligus Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. Makam ini terletak dikelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, sekitar 2 km ke arah utara pusat Kota Blitar.
Makam ini didominan oleh arsitektur 'Joglo'. Bergaya Jawa Timuran dan dikombinasi dengan gerbang candi Bentar. Selain bangunan utama yang berupa cungkup makam Bung Karno, kompleks makam ini juga dilengkapi dengan bangunan-bangunan pendukung yaitu; Gapura Agung, Masjid dan Bangsal; yang dapat membuat para pengunjung betah untuk berziarah dilokasi ini. Ada juga bangunan pelengkap yang terdiri rumah pengurus makam, tempat peristirahatan umum, halaman parkir, dan pertamanan. Kesannya sangat megah sebesar Beliau sewaktu masa hidupnya.
Makam ini telah dikunjungi oleh banyak wisatawan yang ingin berziarah. Pada tanggal kematian presiden Indonesia yang pertama, banyak sekali peziarah yang datang untuk memperingatinya. Sekitar 150.000 pengunjung tiap tahun selalu berziarah disini, baik itu wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri.
Kebes`ran nama Soekarno telah mengundang banyak turis untuk berziarah ke makam ini. Mereka merasa kagum dengan kebesaran presiden Soekarno, sehingga mereka berdo’a di makam ini untuk mendapatkan berkah.
2. Monumen PETA
Pada tahun 1945, Kota Blitar telah menjadi pusat pemberontakan tentara PETA melawan tentara Jepang yang di pimpin oleh seorang Soedanco Soepriyadi.
Untuk menghormatinya di bangun sebuah Monumen yang terletak di depan bekas markas PETA tepatnya di Jl. Soedanco Soepriyadi. Monumen ini berbentuk sebuah patung yang mengangkat tangan kanannya, sebagai symbol bahwa dia tidak pernah menyerah untuk berjuang. Patung tersebut terlihat memakai seragam tentara Jepang, lengkap dengan topinya. Monumen ini ditujukan untuk mengenang pahlawan ini agar dapat menyemangati para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan Indonesia untuk menjadi Negara yang besar.
3. Makam Aryo Blitar
Aryo Blitar adalah adipati pertama di Blitar. Beliau merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh pada pembangunan Blitar. Karena itu sampai sekarang makamnya banyak dikunjungi orang. Makam Aryo Blitar terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar kira-kira 2 km ke arah barat kota. Makam ini ramai pada saat bulan Suro dan juga setiap malam jum'at Legi. Banyak orang datang untuk berziarah ke makam tersebut untuk mendapatkan berkah dari Aryo Blitar.
Hampir semua pengunjung memang dari daerah sekitar Blitar. Tapi ada juga pengunjung yang berasal dari daerah lain. Ini karena nama Aryo Blitar telah banyak dikenal orang. Jika anda menyukai wisata ziarah, jangan lewatkan untuk mengunjungi makam Aryo Blitar.
4. Istana Gebang
Istana Gebang merupakan rumah Bung Karno. Rumah ini merupakan rumah tempat tinggal Orang Tua Proklamator Bung Karno. Bangunan ini dianggap sebagai bangunan yang bersejarah di Blitar. Istana ini tidak jauh dari Makam Bung Karno kira kira 2 km ke arah selatan, tepatnya di Jalan Sultan Agung No. 69 Kota Blitar. Di rumah tersebut tiap tahun diadakan acara Haul yang ramai dikunjungi orang, begitu juga banyaknya kesenian yang ikut memeriahkan acara haul tersebut. Keluarga Soekarno juga masih sering berkumpul di istana ini.
5. Kebon Rojo
Kebon Rojo adalah tempat rekreasi keluarga dan pusat hiburan yang terletak di kompleks rumah dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk masyarakat umum atau wisatawan secara gratis.
Ditaman tersebut terdapat berbagai jenis hewan langka, fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung apresiasi seniman berlatar belakang tugu peringatan Satu Abad Bung Karno, air mancur dan berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
6. Sumber Udel
Pemandian Sumber Udel telah berstandart Nasional karena mempunyai 2 jenis kolam renang, yaitu kolam renang untuk anak-anak dan kolam renang untuk dewasa. Kolam renang Sumber Udel ini juga mempunyai beberapa fasilitas antara lain:
1. Tempat bermain anak-anak
2. Panggung Gembira dengan menampilkan kesenian khas Blitar setiap tahun
3. Tempat parkir yang representatif
4. Persewaan dan penitipan alat-alat renang
Kolam renang ini biasanya dikunjungi oleh banyak orang karena kolam renang ini mempunyai air yang bersih dan segar.
7. Grebeg Pancasila
Grebeg Pancasila adalah suatu upacara hari lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni yang didesain sebagai peristiwa budaya. Upacara ini berbeda dengan upacara lainnya. Ritus upacara ini berisi 3 (tiga) mata acara pokok yaitu:
1. Upacara Budaya
2. Kirap Gunungan Limo
3. Kenduri
Upacara ini selalu diadakan sekali dalam setahun di kabupaten Blitar. Hal ini ditujukan untuk mengenang proses pembuatan Pancasila yang menjadi landasan hukum Indonesia. Upacara ini juga diikuti oleh semua masyarakat Blitar dan sering dihadiri oleh pejabat-pejabat Indonesia.
8. Karangsari Desa Agro Wisata Buah Belimbing
Desa Karangsari Kecamatan Sukorejo kota Blitar terkenal dengan belimbingnya, tentu saja belimbing Karangsari bukan belimbing biasa karena ukurannya yang jumbo dan rasanya yang lebih manis dan terlihat mulus dengan warna kuning kemerahan mengoda selera. Sambil berwisata ke makam Bung Karno di kota Blitar jangan lupa menyempatkan diri mengunjungi desa karangsari untuk mendapatkan oleh-oleh buah belimbing karangsari. Bila anda masuk ke jalan-jalan desa maka di samping kanan dan kiri jalan akan terlihat pohon belimbing, karena hampir semua penduduk menanamnya di pekarangan rumah masing-masing.
Berawal dari coba-coba menanam bibit belimbing dari pemberian salah seorang pendatang, seorang warga desa Karangsari Blitar mampu mengubah kehidupan masyarakat desa itu dengan membudidayakan belimbing sebagai komoditi. Hingga akhirnya desa ini terkenal sebagai penghasil belimbing terbesar di kota itu, sampai sekarang. Jenis Belimbing yang banyak ditanam adalah jenis bangkok yang merupakan hasil stekan antara jenis lokal dengan jenis bangkok ada juga yang dari jenis philipine juga dicoba untuk dibudidayakan. Sebenarnya kedua jenis tersebut (bangkok dan philipine) buahnya sama-sama besarnya dan manis. Akan tetapi bangkok merah lebih lebat buahnya dan mempunyai rasa yang lebih manis selain*perawatan dan pembibitannya sangat mudah. Namun Hanya saja, kekurangannya terletak pada jumlah dan kualitas buahnya. Philipine buahnya cenderung tidak lebat alias jarang-jarang.
Kebutuhan konsumen akan buah belimbing istimewa ini masih saja stabil dan bahkan mengalami peningkatan. konsumen belimbing Karangsari terbesar adalah Surabaya disamping juga Semarang dan Jakarta. Di Surabaya, distribusinya tidak hanya di pasar-pasar tradisional, melainkan ke supermarket atau hypermart yang ada di kota tersebut. Malah, permintaan terhadap belimbing karangsari ini lebih banyak ke supermarket ataupun hypermart dibanding pasar tradisional. Dari Surabaya seringkali langsung disalurkan ke Jakarta untuk memenuhi permintaan konsumen disana. Karena permintaan pasar yang terus meningkat, akhirnya tak hanya warga Karangsari yang mengembangkan belimbing bangkok merah (atau sekarang ngetren dengan belimbing karangsari, tapi desa lain pun mulai mengikuti jejak kesuksesan desa Karangsari diantaranya wilayah adalah Purworejo, Tlumpu dan beberapa daerah lain yang berdekatan dengan pusat kota Blitar dan bahkan sekarang ini daerah lain di Kabupaten Blitar juga sudah mulai membudidayakannya seperti daerah srengat dll. Bagi anda yang berwisata ke Blitar dan menginginkan oleh-oleh buah Belimbing bisa datang ke desa Karangsari, bisa memetik buah belimbing dari pohon milik warga dengan kualitas pilihan yang masih segar. Patokan harga umumnya bisa berdasarkan per biji atau per kilogram yang mana bisa dinegosiasikan dengan pemiliknya, yang pasti harganya jauh lebih murah
9. Kebun Binatang Mini
Kebun binatang mini di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar yang tepatnya berada di sebelah barat Makam Bung Karno. Di bonbin saat ini ada 42 hewan, di antaranya, 17 burung seperti sepasang merak hijau, kasuari, 11 reptil, seperti 2 buaya, ular sanca, musang air, aquana, kura- kura kepala merah, 14 mamalia,di antarnya lutung hitam,oa kalimatan dan Sumatra, kera serta rusa. Kebun binatang mini ini merupakan kebun binatang terlengkap dikawasan Blitar. Kebun binatang ini rencananya akan dikelola oleh pemkot Blitar yang sebelumnya dikelola oleh yayasan Al-Hikmah yang akan dijadikan salah satu tujuan wisata di Kota Blitar.
Dilihat dari analisis SWOT dapat diketahui yang menjadi kekuatan (strenght), kelemahan (weaknes), peluang (opportunities) dan ancaman (treast) dari pariwisata di Kota Blitar adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strenght)
a. Memiliki potensi wisata religi, sejarah dan hiburan yang besar seperti makam Bung Karno dan water park sumber udel yang terus dikembangkan oleh pemkot Blitar.
b. Memiliki tradisi budaya yang unik seperti grebek pancasila.
c. Tersedia fasilitas pendukung yang memadai seperti hotel, restoran, dan atm.
d. Keramah tamahan penduduk atau masyarakat Kota Blitar.
e. Keamanan dan stabilitas yang cukup baik.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Kurang memadainya kegiatan promosi dan penyebaran pariwisata Kota Blitar ke luar daerah.
b. Angkutan umum untuk menuju objek wisata belum memadai.
c. Masih belum menjangkau wisatawan asing.
d. Masih mengandalkan salah satu wisata yang terkenal saja seperti makam Bung Karno.
e. Masih kurangnya minat investor untuk membuka usaha di Kota Blitar.
3. Peluang (Opportunities)
a. Digelarnya acara kesenian budaya setiap tahunnya seperti grebek pancasila dan haul Bung Karno.
b. Pertumbuhan ekonomi karena larisnya cindera mata dari industri-industri kecil di Kota Blitar.
c. Dukungan langsung dari pemkot Blitar untuk memejukan pariwisata di Kota Blitar.
4. Ancaman (Threats)
a. Semakin majunya wisata di daerah sekitar Kota Blitar seperti Kota Batu, Malang, Pasuruan dan Kediri.
b. Sering terjadinya tawuran antar SMK di Kota Blitar yang tak kunjung selesaianya dendam masa lalu.
C. Isu-Isu Yang Terjadi di Kota Blitar
1. Pengelolaan Parkir di Sumber Udel
Pemkot Blitar berencana untuk melakukan pengembangan fasilitas parkir pada objek wisata Water Park Sumber Udel, pada tahun anggaran 2011 mendatang. Upaya ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan perparkiran di kawasan wisata tersebut seperti yang selama ini terjadi.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Pariwisata Daerah (Dinas Kominparda) Kota Blitar, Drs. Kasmiadi. Dia melanjutkan, upaya ini sekaligus menjadi bagian dari meminimalisasi sejumlah kekurangan yang didapatkan pada objek wisata Water Park, yang didasarkan oleh aspirasi masyarakat.
Harus diakui, masalah perparkiran di kawasan wisata Water Park Sumber Udel memang menjadi kelemahan utama di dalam pengembangan objek wisata tersebut. Karena itulah, pada tahun 2011 mendatang, Pemkot Blitar berencana untuk mengembangkan fasilitas parkir di objek wisata tersebut, jelasnya.
Kepala Dinas Kominparda Kota Blitar menambahkan, meskipun kawasan wisata Water Park Sumber Udel dikelola oleh pihak ketiga, namun aset-aset yang berada di dalam objek wisata tersebut tetaplah menjadi milik Pemkot Blitar. Sehingga, menjadi sebuah kewajaran pula, jika pengembangan lahan parkir patut menjadi perhatian pemkot.
Bentuk pengembangan lahan parkir itu sendiri sebenarnya telah termaktub di dalam desain besar objek wisata Water Park Sumber Udel sejak awal. Namun, karena keterbatasan anggaran, hal ini belum dapat terwujudkan, dan diharapkan dapat menjadi salah satu skala prioritas di dalam program pembangunan daerah pada tahun 2011 mendatang, terangnya.
Pada sisi lain, imbuh Kepala Dinas Kominparda Kota Blitar, jika rencana ini dapat terealisasi, sejumlah juru parkir (jukir) di area ini juga akan dibina, agar memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung. Terutama dengan sikap tidak menarik retribusi parkir seenaknya.
Dan, pada akhirnya, pelayanan parkir pasca-pengembangan lahan perparkiran tersebut, harus dianggap sebagai bagian dari pelayanan yang baik dari pemkot dan pengelola Water Park Sumber Udel kepada pengguna layanan. Dari sini, diharapkan akan memberikan kesan yang baik pula dari para pengunjung objek wisata tersebut yang berdampak pada peningkatan angka kunjungan wisatawan di Kota Blitar, pungkasnya.
2. Sengketa Pedagang Kios Suvenir Dikawasan Makam Bung Karno
Kalangan Pedagang Yang Tergabung Dalam Paguyuban Kios Pedagang Wisata Makam Bung Karno Blitar Mengaku Resah Pasalnya Jalan Kios Makam Bung Karno Di Tutup Oleh Pemilik Lahan Para Pedagang Meminta Pemerintah Kota Blitar Segera Turun Tangan.
Sengketa Pedagang Kios Suvenir Dikawasan Makam Bung Karno Pintu Keluar Sebelah Utara Kian Memanas Pasalnya Akses Jalan Keluar Dari Kios Tersebut Ditutup Oleh Pemilik Lahan Kondisi Ini Mengakibatkan Para Pedagang Resah Karena Dagangan Mereka Tidak Laku Selama Ini Para Pedagang Suvenir Mengaku Telah Membayar Retribusi Ke Pemrintah Kota Blitar Sebesar 115 Ribu Rupiah Perbulan Namun Tahu-Tahu Akses Jalan Menuju Ke Areal Para Pedagang Di Tutup Oleh Pemilik Lahan.
Joko Selaku Koordinator Para Pedagang Suvenir Makam Bung Karno Blitar Menuturkan Dengan Penutupan Akses Jalan Tersebut Telah Mengakibatkan Kerugian Bagi Para Pedagang Pihaknya Minta Ke Pemerintah Kota Blitar Segera Turun Tangan Mengatasi Masalah Ini. Sementara Itu Lokasi Pasar Di Areal Makam Bung Karno Ini Menurut Pengakuan Pedagang Sangat Setrategis Untuk Berjualan Karena Pasar Ini Dilalui Oleh Para Wisatawan Yang Baru Saja Melakukan Ziarah Makam Bung Karno.
Sementara Itu Di Areal Makam Bung Karno Blitar Ini Terdapat Sekitar 50 Pedagang Suvenir Yang Setiap Hari Mencari Rejeki Dari Para Wisatawan Yang Baru Saja Melakukan Ziarah Makam Akibat Akses Jalan Di Tutup Para Pedagang Menjadi Sepi Atau Tidak Laku.
3. Pengelolaan Kebun binatang mini
Pemkot Blitar bertekad untuk menyelamatkan Kebun Binatang Mini di Kelurahan Sentul, setelah adanya surat peringatan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Jawa Timur pada awal Agustus 2011 kemarin. Surat peringatan itu sendiri menggolongkan Kebun Binatang Mini ini ilegal.
Demikian diungkapkan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Daerah (KLHD) Kota Blitar, Ir. Made Sukawardhika, Dip.L. Dia melanjutkan, ihwal terancam ditutupnya Kebun Binatang Mini dan dianggap ilegal keberadaannya dikarenakan kebun binatang ini tidak dilengkapi dengan izin operasional.
Termasuk di dalamnya berkaitan dengan hal pemeliharaan sekitar 32 ekor satwa yang dilindungi. Selain itu, kebun binatang ini dianggap tidak memenuhi syarat seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 07 Tahun 1999 tentang Lembaga Konservasi, jelasnya.
Kepala KLHD Kota Blitar menambahkan, kebun binatang ini sebenarnya telah dipermasalahkan sejak bulan Februari 2006 lalu, karena keberadaannya yang tidak sesuai persyaratan sebagai lembaga konservasi, misalnya luas tanah harusnya lebih dari 1 ha, sedangkan di kebun binatang mini ini luas lahan hanya sekitar 1.800 meter persegi.
Namun, karena keberadaan kebun binatang yang dikelola masyarakat ini seolah sudah menjadi objek wisata pendamping di dalam Kawasan Wisata Makam Bung Karno, pemkot berupaya untuk mempertahankannya. Termasuk di dalamnya berkaitan dengan pengambilalihan pengelolaan kebun binatang mini dari masyarakat kepada pemerintah, terangnya.
Karena itulah, imbuh Kepala KLHD Kota Blitar, pemkot sudah menyediakan sebidang lahan milik Pemkot Blitar seluas 9000 meter persegi, di samping lahan yang sudah ada saat ini. Pada sisi lain, pemkot beserta pengelola kebun binatang mini ini saat ini tengah melakukan koordinasi dan komunikasi intensif dengan KSDA Provinsi Jawa Timur.
Batas akhirnya tanggal 28 Agustus 2011 dan masih ada waktu untuk itu, agar seluruh hewan yang ada di dalam kebun binatang mini dievakuasi ke tempat lain. Diharapkan, dengan langkah-langkah ini kebun binatang mini tidak jadi ditutup, dan bahkan, dapat segera dikembangkan menjadi lebih representatif, pungkasnya.
4. Istana gebang dijadikan cagar budaya
Jalan keluar dari polemik pelepasan aset keluarga Bung Karno di Kota Blitar adalah dengan menjadikanya sebagai cagar budaya. Dengan status cagar budaya, rumah masa kecil Bung Karno yang masyhur dengan nama Istana Gebang itu, tidak bisa diperjualbelikan.
Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Blitar Syaiful Maarif, ahli waris dan pemerintah akan memiliki porsi yang sama dalam melakukan pengelolaan rumah di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan,Kota Blitar itu. "Tidak akan ada permasalahan kepemilikan lagi. Yang ada hanya bagaimana memanfaatkanya untuk masyarakat," ujar Syaiful, Jumat (1/3/2011).
Apa yang disampaikan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjadi jalan keluar (solusi) dari permasalahan Istana Gebang yang tidak kunjung selesai. Sejumlah ahli waris 'istana' peninggalan mendiang Ny Soekarmini Wardojo (kakak kandung Bung Karno) sepakat melepas hak warisnya. Mereka telah bermufakat menjual 8 bangunan dengan luas tanah 1,4 hektar tersebut kepada Pemerintah Kota Blitar. Harga jual Rp35 miliar yang akan ditanggung Pemkot Blitar Rp10 miliar dan Pemprov Jatim Rp25 miliar telah disepakati.
Pemerintah berencana akan mengubah Istana Gebang menjadi museum Bung Karno. Namun diluar rencana, saat pembayaran awal Rp20 miliar hendak dilaksanakan, salah seorang ahli waris yang bernama Aryo Suko Kusumo, 63 menolak memberikan tanda tangan persetujuan.
Aryo menegaskan Istana Gebang hanya boleh dikelola bersama (ahli waris dengan negara). Kalaupun diubah menjadi museum, dia meminta agar nama neneknya (Ny Soekarmini Wardojo) ikut dicantumkan sebagai nama museum. Sikap Aryo membuat kelabakan ahli waris lainnya. Selain melarang menjamah Istana Gebang, Aryo diancam dipolisikan dengan tuduhan penipuan karena sebelumnya sempat menyatakan setuju Istana Gebang dijual.
Secara pribadi, Syaiful menyatakan sepakat dengan sikap Aryo Suko Kusumo. Sebab pengelolaan Istana Gebang lebih baik, tidak harus dengan pembayaran (penjualan). Sebab eksistensi hak keluarga (ahli waris) dan negara yang sama-sama saling menghormati lebih penting daripada sekedar pelepasan kepemilikan. Semua itu tentunya akan berjalan ketika Istana Gebang menjadi sebuah cagar alam yang diatur khusus dengan peraturan daerah (perda).
"Yang perlu ditekankan disini adalah tujuan pemanfaatan aset, bukan lagi soal siapa yang memiliki. Karenanya museum itu memang tidak harus bernama Bung Karno, tetapi juga Soekarmini-Soekarno," terang Syaiful.
Dan mengingat cagar budaya selalu beriorientasi nasional, lanjut Syaiful, pemerintah pusat dan semua yang terkait harus ikut cawe-cawe (mengurusi). Dalam kesempatan itu Syaiful juga menyesalkan sikap keluarga Bung Karno yang seolah menutup mata dengan polemik Istana gebang. Padahal, meski tidak memiliki hak kepemilikan, semasa hidupnya Bung Karno menjadikan Istana Gebang sebagai rumah masa kecilnya. Bahkan ada satu ruangan di Istana Gebang yang menjadi kamar khusus Bung Karno. Selain menyimpan pusaka, foto, lukisan, serta aksesoris sejarah lainya ndalem Gebang juga menjadi tempat pertemuan Bung Karno dengan orang tua dan sanak kerabatnya. "Kalau keluarga Bung Karno ikut berbicara tentu persoalanya akan menjadi lain. Karenanya kami mengharapkan itu," terangnya.
Secara kelembagaan (DPRD), Syaiful akan menyampaikan solusi itu kepada eksekutif. Kepada ahli waris yang menolak, ia juga meminta eksekutif untuk melakukan pendekatan persuasif. "Selama ini saya melihat eksekutif lebih mengutamakan kerangka jual beli. Konsep ini yang harus diubah," pungkasnya.
5. Retribusi Wisata Kota Blitar
Pemkot Blitar berencana akan melakukan pengkajian ulang terhadap retribusi wisata Kota Blitar secara menyeluruh. Kaji ulang ini sekaligus ditujukan guna mengukur sejauh mana kontribusi bidang pariwisata di dalam mengoptimalisasi aset dan potensi yang ada di dalamnya.
Demikian diungkapkan Drs. Kasmiadi, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Pariwisata Daerah (Dinas Kominparda) Kota Blitar. Dia melanjutkan, upaya pengkajian ulang secara menyeluruh ini akan dilaksanakan Pemkot Blitar pada tahun 2010, dan diharapkan hasilnya dapat diterapkan mulai tahun 2011 mendatang.
Rencana kaji ulang secara menyeluruh ini akan melibatkan sejumlah komponen masyarakat Kota Blitar yang sekaligus menjadi pemangku kepentingan. Sehingga, diharapkan akan didapatkan hasil yang objektif mengenai pengelolaan retribusi bidang pariwisata di Kota Blitar, yang dapat memberikan kontribusi nyata kepada pendapatan asli daerah (PAD), terangnya.
Kepala Dinas Kominparda Kota Blitar menambahkan, penarikan retribusi masuk Kawasan Wisata Makam Bung Karno (MBK), misalnya, sebagai salah satu objek yang perlu ditinjau ulang, karena pemungutannya tidak mudah dan membutuhkan SDM yang banyak. Termasuk mengkaji antara pendapatan yang masuk, dengan pengeluarannya.
Jika retribusi di kawasan wisata itu tetap diterapkan, umpamanya, maka pelayanannya juga harus ditingkatkan sesuai dengan rekomendasi kajian yang akan dilakukan. Pada sisi lain, juga perlu dikaji cara penarikan retribusi masuk Kawasan Wisata MBK, agar tidak ada kesan bahwa terjadi komersialisasi potensi wisata tersebut, jelasnya.
Hal ini, imbuh Kepala Dinas Kominparda Kota Blitar, juga berlaku terhadap seluruh objek wisata yang menjadi objek kajian retribusi wisata Kota Blitar. Sehingga, nantinya, akan didapatkan metode dan formulasi yang tepat berkaitan dengan masalah retribusi wisata di Kota Blitar.
Termasuk di dalamnya jika perlu berkaitan dengan ketegasan kewenangan pengelolaan retribusi dan pengelolaan kawasan wisata itu sendiri. Sehingga, nantinya tidak lagi terjadi tumpang tindah pengelolaan kawasan wisata, dalam konteks luas; dan pengelolaan retribusi, dalam skala kecil, pungkasnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kota Blitar selayaknya mencoba menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor utama penggerak ekonomi rakyat. Pasalnya, dengan potensi yang sangat besar dan tersebar di Kota Blitar, sektor ini akan mampu mengangkat perekonomian masyarakat Kota Blitar. Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah menjadi salah satu tempat berkecamukmya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama besar seperti Adipati Aryo Blitar, Sang Proklamator Bung Karno, Sodancho Supriyadi, dan lain sebagainya, merupakan inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang sedang tumbuh ini. Selain wisata sejarah dan religinya Kota Blitar juga mengembang sektor wisata di bidang hiburan seperti kolam renang sumber udel dan agrowisata blimbing di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.
Kemajuan pariwisata di Kota Blitar tak lepas dari permasalahan-permasalahan yang membawa kesisi negatif dan positif baik dari pemerintah kota maupun masyarakatnya. Permasalahan yang terjadi harus diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya agar terciptanya Kota Blitar sebagi tempat wisata yang tertip, rapi, indah dan aman.
B. SARAN
Potensi pariwisata di Kota Blitar tidak kalah bersaing dengan kota-kota lain dikarenakan ikon Kota Blitar sebagai Bumi Bung Karno. Wisata yang perlu di kembangkan agar menjadi salah satu tujuan wisata ke Kota Blitar yaitu kebun binatang mini yang masih kurang diperhatikan oleh pemerintah kota serta investor. Dengan majunya sektor pariwisata di Kota Blitar akan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarat di Kota Blitar yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat Kota Blitar.